KISAH TRAGIS DIBALIK ASAL MUASAL HARI MAKAN BAKCANG DAN MENGAPA HARI INI SELALU DIRAYAKAN SETIAP TAHUN HINGGA SEKARANG
Image by dashu83
Setiap tanggal 5 bulan 5 Imlek, masyarakat Tionghoa merayakan Hari Perahu Naga (Dragon Boat festival) atau lebih dikenal sebagai Hari Peh Cun. Di hari ini masyarakat Tionghoa menjalani tradisi lomba dayung perahu naga dan makan Bakcang. Lantas mengapa hari raya ini diperingati? Berikut ini adalah sejarah Hari Peh Cun menurut National Geographic.
Sejarah
Menurut sejarah, Hari Peh Cun berasal dari kisah seorang bernama Qu Yuan. Ia adalah seorang menteri dari negara Chu, yang hidup pada Zaman Negara Berperang, atau Warring States Period (340–278 sebelum masehi). Qu Yuan adalah seorang menteri yang jujur dan setia kepada raja. Namun karena sebagian dari pejabat-pejabat yang sangat lalim, suka mabuk dan memfitnah dengan sangat cerdik mempengaruhi raja yang akhirnya mengusir Qu Yuan dari istana. Sedih dan kecewa raja tidak menghargai kesetiaannya, Qu Yuan menulis banyak puisi untuk mengungkapkan kemarahan dan kesedihannya terhadap raja dan orang-orangnya selama pengasingannya. Pada suatu hari saat ia umur 61 tahun, ia memutuskan untuk memeluk sebuah batu besar dan menceburkan dirinya ke Sungai Miluo.
Apa hubungannya dengan Perahu Naga dan Bakcang?
Image by omepl1 / istockphoto
Setelah mengetahui Qu Yuan menceburkan dirinya ke Sungai Miluo, para nelayan dan masyarakat Chu berusaha untuk mencari tubuhnya karena mereka percaya bahwa Qu Yuan bukanlah orang jahat yang ingin berkonspirasi seperti yang ia dituduh. Dalam sejarah, nelayan tersebut melakukan pencarian dengan menggunakan perahu naga karena dipercaya sang naga dapat membantu mencari. Selain itu, mereka juga melempar bakcang ke sungai agar tubuh Qu Yuan tidak dimakan oleh binatang air.
Sejak itu tradisi perayaan Hari Perahu Naga atau Hari Makan Bakcang bermula. Setiap tanggal 5, bulan 5 Imlek, masyarakat Tionghoa merayakan Hari Perahu Naga karena hari itu adalah hari dimana Qu Yuan melakukan bunuh diri. Hari itulah yang dikenang sebagai hari kejujuran dan kesetiaan.
Mengapa bentuk Bakcang merupai piramida?
Filosofi bakcang berdasar pada bentuknya yang menyerupai piramida. Setiap sudut piramida bakcang memiliki artinya tersendiri. Sudut puncak piramida bakcang melambangkan Tuhan, sementara tiga sudut bawah melambangkan tiga unsur alam yaitu air, bumi dan udara. Mau dari sisi manapun, Bakcang akan selalu menjulang ke atas. Artinya, Tuhan akan selamanya paling tinggi dan manusia berada di tengah-tengah piramida tersebut.
Dengan berjalannya waktu, bakcang pun menyebar ke banyak daerah di China. Alhasil, bentuk dan isi bakcang juga bervariasi di masing-masing daerah, mengikuti budaya dan filosofi setempat. Berikut adalah beberapa jenis bentuk bakcang di berbagai daerah di China.
Bagaimana masyarakat Tionghoa di Indonesia merayakan Hari Peh Cun?
Tradisi hari Peh Cun pun kemudian dibawa oleh masyarakat Tionghoa ke Indonesia. Sama seperti di China, persebaran orang Tionghoa di Indonesia membuat isi bakcang menjadi beragam di berbagai daerah. Di Indonesia, bakcang dibuat dari beras atau ketan yang dibungkus dengan daun bambu. Isinya terdiri dari campuran kuning telur asin, daging, kacang kastanye, jamur dan cabai rawit. Dengan berjalannya waktu, masyarakat Indonesia juga membuat versi bakcang sendiri, yaitu lemper, arem-arem, sekubal dan burasa.
Selain membawa tradisi makan bakcang, lomba perahu naga pun dibawa ke Indonesia. Lomba perahu naga diselenggarakan di berbagai kota setiap tahun, dari Palembang, Yogyakarta, Jakarta, hingga Tangerang.
Penutup
Di masa kini, Hari Peh Cun telah menjadi bagian dari keberagaman Indonesia. Lomba perahu naga dan makan bakcang pun berartikulasi dan menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia. Hari kesedihan sang menteri, kini menjadi peringatan yang abadi.