SEJARAH DIBALIK FESTIVAL KUE BULAN
Image by Annandistock / istockphoto
Mid-Autumn Festival, atau lebih dikenal sebagai Festival Kue Bulan di Indonesia, merupakan tradisi yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa setiap hari ke-15 bulan ke-8 berdasarkan perhitungan kalender lunar. Kini, perayaan Festival Kue Bulan dirayakan oleh masyarakat etnis Tionghoa sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga dan menikmati kue bulan bersama. Umumnya, kue bulan memiliki kulit luar yang tebal, tekstur isian yang lembut dan berbagai isian bercita rasa manis. Lantas, apa sejarahnya dibalik hari yang meriah ini?
Sejarah
Menurut legenda, ada 2 cerita dibalik Festival Kue Bulan, cerita seorang petani bernama Zhu Yuan Zhang dan cerita pemanah ahli bernama Hou Yi.
Petani Zhu Yuan Zhang
Image by Irina Cheremisinova
Kisah lainnya dibalik asal-usul permulaan Festival Kue Bulan adalah pada era Dinasti Yuan, China. Pada masa itu, China masih dikuasai oleh bangsa Mongol dan banyak sekali pemberontakkan yang terjadi untuk menurunkan Kaisarnya. Salah satunya, pada tahun 1360-an, adalah gerakan yang dipimpin Zhu Yuan Zhang, seorang petani.
Zhu Yuan Zhang, bersama dengan penasehatnya Liu Bo Wen, menyebarkan kabar bahwa kue bulan bisa menyembuhkan salah satu penyakit yang mematikan pada waktu itu. Berita itu disebar pada saat pertengahan musim gugur. Kue bulan tersebut menjadi alat propaganda karena tersembunyi dalam kue bulan adalah sebuah kertas yang memiliki pesan kepada seluruh masyarakat untuk mendukung pemberontakan terhadap bangsa Mongol.
Akhirnya, Dinasti Yuan pun runtuh dan menjadi Dinasti Ming yang dipimpin kaisar Zhu Yuan Zhang. Sejak itu, Festival Kue Bulan diperingati untuk mengenang perjuangan dan revolusi Dinasti Ming.
Pemanah ahli Hou Yi
Image by Annandistock
Menurut legenda, kisah ini dimulai dengan seorang ahli pemanah Hou Yi dan istrinya Chang Er. Pada zaman itu, bumi memiliki sepuluh matahari yang membuat kekeringan yang luar biasa, sehingga rakyat kelaparan karena tidak ada hasil panen. Hou Yi memanah jatuh sembilan matahari dan menyisakan satu saja. Alhasil, tanaman yang ditanam oleh rakyat bisa dipanen dan rakyat terselamatkan dari kelaparan. Karena kehebatannya, Huo Yi diberikan ramuan keabadian oleh Ibu Ratu sebagai hadiah karena telah menyelamatkan Bumi dan masyarakat.
Namun, ramuannya hanya cukup untuk satu orang saja dan Hou Yi tidak ingin mendapatkan keabadian tanpa istri tercintanya. Oleh karena itu, dia minta Chang Er untuk menyimpannya. Salah satu murid Hou Yi, Pang Meng, mengetahui tentang ramuan keabadiannya. Suatu hari, dia mencoba untuk mencurinya saat Hou Yi tidak di rumah. Untuk melindungi ramuannya, Chang Er meminumnya dan dia terbang ke bulan dan menjadi Dewi Bulan.
Hou Yi sangat sedih setelah mengetahui apa yang terjadi pada Chang Er. Menurut legenda, dia berteriak ke langit pada malam hari dan melihat sosok bergoyang yang persis seperti Chang Er. Kemudian, dia mempersembahkan buah dan kue kesukaan Chang Er untuk menyampaikan bahwa dia merindukannya.
Tergerak oleh cinta sejati mereka, Bunda Bulan mengizinkan Chang Er untuk bersatu kembali dengan Hou Yi setiap tahun pada bulan purnama dari bulan lunar kedelapan. Sejak itu, pada hari ke-15 bulan ke-8 perhitungan kalender lunar setiap tahun, orang-orang menantikan reuni mereka dan Festival Kue Bulan, atau Mid-Autumn Festival dimulai.
Cerita Tambahan Kelinci Permata
Image by Hong W Jean
Kelinci Permata (Jade Rabbit) juga merupakan salah satu tokoh yang berhubungan dengan Festival Kue Bulan. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa Kelinci Permata menemani Chang Er di bulan. Berikut adalah ceritanya.
Ada tiga hewan yang tinggal di hutan, yaitu seekor rubah, seekor monyet dan seekor kelinci. Suatu hari, dewa ingin menguji kebajikan dari tiga hewan tersebut. Sang dewa merubah wujudnya sebagai orang tua dan turun ke bumi.
Saat dewa turun ke bumi sebagai orang tua, ia menugaskan tiga hewan tersebut untuk mencari makanan. Kemudian tiga hewan tersebut pergi masing-masing untuk mencari makanan. Setelah kembali, rubah membawa ikan dari sungai dan monyet membawa buah dari hutan. Namun, kelinci tidak mendapat dan membawa kembali apa-apa.
Orang tuanya berkata, "Sepertinya kalian bertiga tidak bersatu dan bekerja masing-masing. Kalian berdua menepati janjimu untuk membawa makanan. Sementara kelinci tidak membawa kembali apapun."
Kelinci, merasa tidak enak dengan orang tuanya, meminta rubah dan monyet untuk bantu mencari kayu bakar dan ia akan masak untuk semuanya. Setelah mereka menyalakan apinya, kelinci mengatakan, "Maaf saya tidak bisa menepati janji saya. Sebagai permintaan maaf, aku akan memberikan diriku untuk kalian semua. Silahkan makan saya." Lalu, kelinci lompat ke dalam api.
Dewa sangat tergerak dengan kebijakan sang kelinci. Ia mengumpulkan tulang sang kelinci dan mengatakan "Untuk memuliakannya, saya akan menempatinya di Istana Bulan agar semua orang bisa lihat dia selamanya."
Baca Juga: JENIS KUE BULAN YANG PALING POPULER DI DUNIA
Inilah cerita dibalik sosok wanita dan kelinci yang selalu menghiasi kemasan kue bulan dan dekor pada festival kue bulan di manapun.