MENGENAL MAKANAN ULTRA PROSES DAN EFEKNYA BAGI KESEHATAN
Image by brgfx
Pada zaman yang serba praktis, makanan ultra-proses alias makanan olahan, mudah sekali ditemukan. Dari toko-toko swalayan hingga pasar tradisional, hampir semuanya menyediakan makanan ultra-proses dalam berbagai bentuk dan kemasan. Sekitar 50 persen dari makanan yang beredar di swalayan dan restoran merupakan makanan ultra-proses. Meski begitu, masih banyak orang yang tak menyadarinya atau tidak mengetahui dampaknya bagi kesehatan. Mari kita mengenali perbedaan apa yang dimaksud makanan yang tidak diproses dan makanan ultra-proses, dampaknya untuk kesehatan dan cara sehat untuk mengkonsumsinya. Simak yang berikut ini.
Perbedaan makanan tidak diproses dan makanan ultra-proses
Makanan yang tidak diproses (unprocessed foods) merupakan makanan yang dimakan dalam bentuk aslinya, tanpa melalui proses pengolahan tertentu. Misalnya saja sayuran, buah-buahan, telur, dan susu.
Sementara itu, makanan yang diproses atau biasa disebut makanan olahan merupakan makanan yang mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya berbeda dengan bentuk awalnya. Umumnya, makanan yang diproses diberi minyak, garam, atau gula, dan melewati proses pemanasan, pasteurisasi, pengeringan, atau pengawetan.
Makanan ultra-proses merupakan bagian dari makanan yang diproses. Yang membedakannya adalah produsen makanan menambahkan perisa, gula, lemak, atau pengawet makanan berbahan kimia pada makanan ultra-proses.
Contoh makanan ultra-proses termasuk:
- Es krim
- Sereal berperisa
- Nugget dalam kemasan
- Sosis
- Mi instan
- Jus dalam kemasan
- Permen
- Biskuit
- Selai
- Minuman soda
Dampak makanan ultra-proses untuk kesehatan
1. Tinggi kandungan gula atau sirup jagung fruktosa
Umumnya, makanan ultra-proses mengandung gula atau sirup jagung tinggi fruktosa yang relatif banyak. Sirup jagung tinggi fruktosa adalah sejenis gula, yang jika dikonsumsi secara berlebihan, berbahaya bagi tubuh.
Gula tidak mengandung nutrisi penting, namun tinggi kandungan energi. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa gula memiliki dampak negatif terhadap metabolisme tubuh. Lebih pula, mengkonsumsi gula dengan jumlah berlebihan bisa menyebabkan resistensi insulin, meningkatan kolesterol LDL (low-density lipoprotein) dan meningkatan kandungan lemak di hati serta perut. Selain itu, konsumsi gula berlebihan juga bisa menyebabkan berbagai macam penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, diabetes, obesitas serta kanker.
2. Mengandung banyak bahan buatan
Umumnya, makanan ultra-proses mengandung banyak zat aditif dengan beragam fungsi. Kemungkinan besar, kita tidak memperhatikan label bahan-bahan yang tertera atau, tidak mengerti sebagian besar nama bahan yang tercantum di kemasannya. Banyak bahan tersebut sebenarnya bukan makanan alami, melainkan zat kimia buatan yang ditambahkan ke dalam makanan tersebut untuk berbagai macam tujuan.
Umumnya, makanan ultra-proses mengandung 4 jenis bahan kimia:
Bahan Pengawet | Agar makanan bisa tahan lama |
Bahan Pewarna | Memberikan warna pada makanan |
Perasa | Memberikan rasa tertentu pada makanan |
Penambah Tekstur | Memberikan tekstur tertentu pada makanan |
Makanan ultra-proses juga biasanya, mengandung banyak bahan kimia yang tidak dicantum di label kemasan. Faktanya, banyak makanan ultra-proses mencantumkan ‘perasa buatan’ di label kemasannya dan merupakan campuran banyak bahan kimia buatan rahasia.
Memang, sebagian besar dari zat kimia yang digunakan di makanan ultra-proses sudah melalui tes untuk dinilai keamanannya. Namun, bahan makanan seperti gula juga termasuk aman bagi otoritas resmi. Oleh itu, tetap berhati-hati terkait banyaknya kandungan bahan kimia buatan sebagai salah satu bahaya makanan ultra-proses untuk kesehatan.
3. Mengandung lemak yang tidak sehat
Sebagian besar produsen makanan ultra-proses seringkali menambahkan lemak trans untuk menghasilkan rasa dan tekstur yang diinginkan. Lemak trans mengandung asam lemak omega-6 yang berlebihan dan bisa meningkatkan kolesterol LDL (low-density lipoprotein) dan bisa menyumbat pembuluh darah.
4. Rendah serat
Kandungan serat di makanan alami biasanya akan hilang selama proses pengolahan. Oleh karena itu, makanan ultra-proses mengandung jumlah serat yang sangat rendah. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa kurangnya asupan serat bisa meningkatkan risiko gangguan pencernaan, penyakit diabetes, penyakit jantung hingga kanker usus besar.
5. Rendah nutrisi
Makanan ultra-proses mengandung nutrisi yang rendah dibanding makanan alami. Beberapa makanan ultra-proses memang mengandung mineral dan vitamin buatan tambahan sebagai kompensasi nutrisi yang hilang saat proses pengolahan. Namun, nutrisi buatan bukan pengganti yang ideal untuk nutrisi yang terkandung dalam makanan alami. Selain itu, makanan alami juga mengandung lebih banyak vitamin dan mineral.
6. Mengandung karbohidrat olahan
Karbohidrat olahan dalam makanan ultra-proses mudah dicerna di saluran pencernaan. Hal tersebut bisa membuat seseorang cepat lapar. Selain itu, mengkonsumsi karbohidrat olahan dengan jumlah yang berlebihan juga bisa menyebabkan sejumlah penyakit kronis termasuk peningkatan kadar gula darah dan insulin.
7. Mengandung natrium yang relatif tinggi
Untuk proses pengawetan dan pengeringan makanan, produsen biasanya menambah kandungan garam (natrium) pada produk akhirnya. Mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang melebihi batas asupan harian telah terbukti bisa meningkatkan risiko hipertensi, stroke dan penyakit jantung.
Cara sehat untuk mengkonsumsi makanan ultra-proses
Melepaskan diri dari makanan ultra-proses bukan hal yang mudah. Memang betul, makanan kemasan, sayuran beku dan daging olahan membuat hidup menjadi lebih praktis. Meski begitu, sebaiknya jangan gunakan makanan ultra-proses sebagai pengganti makanan alami.
Tips untuk mengkonsumsi makanan ultra-proses:
- Kurangi frekuensi mengkonsumsi makanan dalam kemasan
- Perhatikan label informasi nilai gizi (seperti kandungan gula, natrium, lemak dan sebagainya) sebelum mengkonsumsi makanan ultra-proses
- Kombinasikan makanan ultra-proses dengan sayuran dan buah-buahan
Kesimpulan
Makanan ultra-proses merupakan makanan yang telah melewati berbagai proses, seperti pengemasan, pengeringan, atau pengawetan. Proses-proses tersebut dapat mempengaruhi nilai gizi makanan yang menjadi bahan pokoknya. Tentu tidak ada salahnya untuk memilih makanan ini ketika tidak punya waktu untuk memasak. Meski begitu, pastikan untuk membatasi asupannya agar tidak menimbulkan dampak bagi kesehatan.